Total Pageviews

Monday 24 February 2014

Alarm Kebajikan



Bunyi alarm di telepon saya khas. Bukan hanya bunyi yang khas, waktunya juga khas. Akhirnya reaksi saya kepadanya juga khas. Maklum, alarm itu selalu berbunyi tepat pada waktu yang saya butuhkan, bukan waktu yang saya inginkan. Misalnya, waktu ketika tidur mestinya sedang sangat enak dan nyenyak. Kadang-kadang waktu masih menunjukan pukul empat dini hari. Cuaca masih dingin dan mata masih lengket. Namun, alarm itu terus menyalak tak peduli karena ia memang cuma ditugasi. Kita pula yang menyuruh.
            Paling menderita adalah jika alarm berbunyi pada saat kita merasa baru saja terpejam, alarm itu telah menyalak lagi. Tak peduli tidur adalah hal yang paling kita inginkan, tapi ke sekolah harus segera demi mendapat ilmu untuk meraih cita-cita. Begitu sering alarm itu berbunyi tepat pada saat yang berat seperti itu, reaksi saya padanya akhirnya juga seberat itu. Pelan-pelan ada rasa gentar setiap bunyi itu terdengar. Bunyi itu kemudian terasa sebagai factor pengganggu.
            Alarm juga terkadang digunakan oleh ibu. Jika alarm ibu berbunyi, saya mengerti betapa bunyi itu adalah nada yang tak dia inginkan karena itu tanda harus memulai kewajiban. Tak ada yang enak dalam menjalani sebuah kewajiban karena itulah waktu yang terbaik untuk bermalasan. Namun, saat alarm itu berbunyi saya selalu dihinggapi rasa tak tega karena dia sedang pada puncak lelap tertinggi. Dia selalu lelah seharian dan harus bangun paling pagi. Kami semua boleh telat bangun pagi, kecuali ibu. Tetapi, dia harus bangun tak peduli betapa tubuh masih penat dan kepala masih berat. Hanya dengan sorang ibu yang telat bangun urusan rumah tangga akan rusak.
            Maka, setiap melihat ibu terbangun sempoyongan, terbayang betapa berat keadaan. Saya tebak setiap kali dia mendengar alarmnya pasti setara dengan saya saat mendengar alarm saya, begitu juga dengan anda yang memiliki pengalaman serupa. Music itu makin lama kian terasa sebagai terror di benak kita. Tetapi karena bunyi terror itulah kita benar-benar sanggup memaksa diri untuk terjaga dan mengerjakan apa yang harus kita kerjakan, tak peduli suka atau terpaksa. Kini, saya akan bertindak adil kepada alarm. Kapasitasnya sebagai terror tak akan saya kurangi, tetapi malah saya tambah. Saya tetap akan menyebutnya sebagai bunyi yang meneror, tetapi terror untuk hidup saya yang lebih baik